Kamis, 01 Januari 2015

Internet Marketing ala Gudeng Bu Tjitro

Sebagai seorang yang pernah merantau dikota Yogyakarta selama beberapa tahun untuk studi, kangen dengan makanan khas kota tentu saja sering terlintas. Gudeg adalah salah satu makana khas jogja, yang terbuat dari sayur nangka muda diolah dengan santan yang rasanya manis serta dicampur dengan beberapa bumbu khas lainnya. Biasanya disajikan dengan ayam yang telah di suir-suir,  telur rebus, tahu dan sambal goreng krecek yang semuanya dimasak dengan kuah santan kental dikenal dengan areh dan bumbu tambahan seperti ketumbar, daun salam,sereh, dan gula merah serta bumbu lainnya.

Setelah mencoba searcing di google kata “beli gudeg online” muncul link situs yang menawarkan pembelian gudeng secara online. Ada suatu toko pembuat dan penjual gudeng yang mampu membuat inovasi dalam pemasaran yakni menggemas produk gudeg dalam kemasan kaleng yang dijual online. Bekerja sama dengan agen pengiriman seperti TIKI atau JNE, serta membuat rekening bank yang mudah untuk akses internet banking dan mobile banking maka bisnis wong jogja tersebut dapat berjalan dengan pembeli tidak harus dikota jogja.

Kita tahu bahwa tugas sejati seorang pemasar adalah creating value (membuat nilai) bagi produk sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen yang tentu saja sangat dipengaruhi oleh lingkungan eksternalnya. Apa yang dilakukan oleh penjual gudeg dari jogja tersebut adalah menangkap peluang pemasaran dengan cara inovasi produk dan strategi penjualan secara online dengan memanfaatkan internet sebagai media promosi dan saluran pemasarannya.

Inovasi produk yang dihasilkan adalah mengemas dalam bentuk kemasan kaleng. Secara tradisonal gudeng biasanya di bungkus dengan daun pisang atau memakai kendi terbuat dari tanah liat untuk kemasan take away (baca:dibawah pulang) namun itupun hanya mampu bertahan 1-2 hari sebelum gudeg itu basi. Namun dengan system pengalengan yang teknologinya telah mendapat bantuan dari LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) diklaim mampu tahan (tidak basi) selama satu tahun tahun. Bila ingin mengkomsumsinya cukup dipanaskan kurang lebih 5 menit, kita pun dapat menyantap gudeg seperti membelinya dikota asalnya. Value (nilai) yang ditawarkan memiliki differentiated (pembeda) dengan jualan sejenis yang konvesional seperti biasanya bisa ditemukan dikawasan penjual gudeg diarea malioboro dan sekitar kraton jogja.

Media promosi yang digunakan memanfaatkan situs yang sederhana dan tidak terlalu perlu dikelola seorang tenaga webmaster, karena hanya mengkuti template-template yang dapat dengan mudah ditemukan dibeberapa penyedia saja situs provider. Terpenting disitus mereka menampilkan foto produk, informasi harga dan cara pemesanan. Untuk komunikasi intensif dapat menghubungi nomor seluler dan PIN Blackberry dan juga Yahoomesseger yang mudah dikendalikan bila kita memiliki smartphone blackberry atau berbasis Android.

Sebuah kasus pemasaran yang memanfaatkan media internet yang menarik untuk didiskusikan dan dipraktekkan oleh kita yang ada di Makassar.

Sebagai penggiat dibidang pemasaran ada beberapa catatan yang baik kita tiru dari aktifitas marketing dari gudeg bu tjitro tersebut. Sebagai pemasar segeralah meng-internet marketing-kan bisnis Anda yang digeluti saat ini sebagai media marketing.  Konsumen telah mengubah kebiasaan mereka dengan terlebih dahulu mencari (searching) informasi dengan online pada situs-situs seperti google dan jejaring sosial untuk mencari tahu akan keberadaaan suatu produk yang mereka butuhkan. Bisa saja dengan mendapatkan informasi yang ada melalui media online tersebut si-konsumen langsung memutuskan membeli suatu produk dari situs yang mungkin letaknya jauh dari domisili si pembeli, mengingat kemudahaan yang ada seperti kemudahaan dalam pembayaran, harga yang kompetitif (tidak harus lebih murah), efisiensi biaya pembelian karena tanpa harus meluangkan waktu dan biaya transportasi untuk memperolehnya maka transaksi pun terjadi.

Kotler & Keller (2012) mengemukakan bahwa salah satu realitas marketing saat ini adalah Costumer Information, dimana costumer dapat mengumpulkan informasi secara mendalam dan luas akan suatu produk melalui jaringan internet. Seperti mengakses mesin pencari google, terkoneksi ke jejaring sosial seperti facebook, atau mengamati pada costumer report pada digg.com, tripadvisor untuk suatu layanan jasa perhotelan dan parawisata (agen perjalanan), dan banyak lagi.

Online bisnis yang ada tidak harus menggunakan platform yang mahal dan butuh SDM khusus yang perlu mengeluarkan budget besar, mengonlinenkan bisnis Anda dapat dimulai dengan situs-situs intermediaries (perantara penjualan lewat internet) seperti yahoo, Indonetwork, kaskus, berniaga.com, tokobagus.com atau media jejaring sosial sepeti facebook, twitter atau youtube (multimedia) yang  hanya meluangkan waktu Anda sebentar untuk  dipelajari dan semuanya itu tersedia gratis.

Don Tapscots, pengarang buku Grown Up Digital (2009), menegaskan bahwa menyatakan era digital telah tiba. Revolusi digital telah merekonstruksi praktek-praktek pemasaran tradisional menjadi pemasaran berbasis teknologi informasi.  Penulis berpendapat sejak pertama kali internet diperkenalkan dipublik diawal tahun 1990-an, internet merupakan suatu pasar yang akan mendatangkan keuntungan yang berkali-kali lipat bila kita sebagai pemasar mampu memanfaatkan dan mengelola media online kita dengan baik.

Oleh:
Andi Nur Bau Massepe
Direktur INDOMARFIN

BEDA MARKETING DAN SALES

Selama ini, istilah marketing (pemasaran) kerap dirancukan dengan kata “selling” bila di terjemahkan sebagai jualan atau penjualan, Marketer dan Sales, dua hal yang serupa tapi tak sama. Terkadang juga ada yang mempersepsikan marketing sebagai aktifitas periklanan (advertising) saja. Beberapa media melalui  wartawannya mempersepsikan “marketing” dengan sesuatu hal yang berbau motivasi, sesuatu hal yang sifatnya membangkitkan semangat dan kegigihan atau hal-hal yang militan.  Hermawan Kartajaya, (yang kita kenal sebagai pakar dan konsultan marketing di tanah air dan internasional) menyampaikan kegelisahaan dan kegeliannya kepada saya setelah membaca hasil interview-nya pada koran lokal di Makassar bahwa dirinya dikatakan sebagai Motivator Marketing. Tidak jauh berbeda seperti Tung Desem Waringin yang terkenal dengan Buku Motivasi yang berjudul Marketing Revolution, Andre Wongsong dan Tommy Siawira.

Kasus yang lain, saya menemukan dalam sebuah struktur perusahaan yang menuliskan pada divisi pemasaran (marketing) untuk  tugas dan wewenang hanyalah berfokus pada aktifitas penjualan semata, seharusnya yang dibentuk adalah divisi penjualan. Dilain waktu saya bertemu dengan agen property, agen asuransi atau pun agen sekuritas saham, mereka sering mengatakan bahwa orang-orang pemasaran, namun sejatinya pekerjaan mereka adalah jualan, lebih tepat disebut seorang sales!

Sebagai yang berkecimpung didunia akademisi, perlu dijelaskan bahwa antara marketing dan sales atau pemasaran dan penjualan merupakan suatu disiplin ilmu yang berbeda. Sebagi suatu ilmu, pemasaran merupakan suatu bagian pengetahuan yang dapat dikaji secara ilmiah (science). Ilmu pemasaran memiliki metodologi sebagai suatu scientific knowledge atau pengetahuan yang memiliki ciri-ciri ilmiah yang tahapannya terdiri dari  teori -> hipotesisi -> obeservasi -> dan generalisasi; dilengkapai dengan kendala metodologis seperti deduksi logis, penafsiran pengukuran, dan perumusan konsep. Sementara Ilmu sendiri adalah sekumpuan teori yang mendeskripsikan dan menjelaskan fenomena-fenomena dalam suatu studi tertentu (David & Cosenza 1993).

Pada literature-literatur akademik (text book) pengertian pemasaran jauh lebih luas dibandingkan penjualan maupun periklanan. Walaupun pada awal mulanya konsep pemasaran bermula dari konsep penjualan, namun seiring berkembangnya persaingan didunia bisnis, kini konsep marketing berevolusi tidak lagi hanya sebagai suatu strategi bisnis, namun telah menjadi falsafah dalam bisnis itu sendiri. Tulisan ini mencoba memberi suatu pandangan kepada para praktisi pemasaran yang mungkin mempelajari pemasaran dari pengalaman dan kerja professional selama ini, sehingga dapat mengkaji ulang kembali akan aktifitas pemasarannya dan dapat membendakannya dengan aktifitas penjualan dalam menjalankan bisnisnya sehari-hari.

AMA (American Marketing Association) mendefenisikan ulang defenisi pemasaran ditahun 2008,sebagai berikut; “Marketing is the activity, set of institutions, and processes for creating, communicating, delivering, and exchanging offerings that have value for customers, clients, partners, and society at large.”. Bila diartikan kurang lebih bahwa pemasaran adalah suatu aktifitas, bagian dari perusahaan, dan memproses penciptaan, pengkomunikasian, pengantaran, dan kegiatan pertukaran untuk ditawarkan dengan memberikan nilai kepada pelanggan, klien, mitra, dan lingkungan (masyarakat) secara luas.
Kotler dan Armstrong (2008) mendefenisikan marketing sebagai proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan  membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan dengan tujuan untuk  menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya.
Dari defenisi tersebut kita simpulkan bahwa pemasaran merupakan aktifitas yang dilakukan perusahaan (institusi) dengan tujuan menciptakan nilai (value) bagi pelanggan (costumer) berupa penawaran produk atau jasa, dengan melakukan kegiatan komunikasi, men-deliver-kan kepada pelanggan sehingga terjadi pertukaran (exchange) disertai aktifitas membangun hubungan (relationship) agar perusahaan mendapatkan nilai (value) yang berbentuk laba, reputasi, ataupun naiknya harga saham serta kredibilitasnya.

Jadi marketing hendaknya dipandang sebagai suatu  strategi dari kegiatan bisnis bertujuan untuk merencanakan dan membuat produk, menetapkan harga, mempromosikan produk dan mendistribusikan barang guna memuaskan konsumen. Hal tersebut dikenal dengan Konsep Marketing Mix (bauran pemasaran) yaitu 4 P yaitu Product, Price, Promotion and Place merupakan aktifitas inti dari perusahaan. Walaupun pada perkembangannya adanya memasuukan unsure 3 P lain sepertiProcessPeople dan Physical evidence.

Sedangkan sales merupakan kegiatan yang hanya fokus pada menjual produk, dan bertujuan untuk meningkatkan penjualan produk saja. Secara umum definisi penjualan dapat diartikan sebagai sebuah usaha atau langkah kongkrit yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk, baik itu berupa barang ataupun jasa, dari produsen kepada konsumen sebagai sasarannya. Tujuan utama penjualan yaitu mendatangkan keuntungan atau laba dari produk ataupun barang yang dihasilkan produsennya dengan pengelolaan yang baik.

Jadi aktifitas pemasaran merupakan serentetan strategi, taktik dan aksi yang demikian panjang agar produk yang dibuat perusahaan sampai kepada konsumen, memberikan kepuasan kepada mereka dan menciptakan value untuk perusahaan, sementara aktifitas penjualan merupakan salah satu bagian dari pemasaran itu sendiri. Penjualan merupakan kegiatan operasional yang sifatnya jangka pendek. Penjualan itu sendiri baru berjalan setelah aktifitas pemasaran itu sendiri telah membuat produk/jasa yang diinginkan konsumen.
Namun harus diakui sebagus apa pun marketing plan yang dimiliki namun tidak ditunjang oleh tim sales yang handal, akan membuat perusahaan tersebut hanya menjadi organisasi nirlaba. Salam marketing.

Penulis: Dr.A.M.Nur Bau Massepe, SE.,MM
Direktur INDOMARFIN PLUS

Tulisan ini dapat juga dilihat di kompasiana (disini)